Minggu, 07 Maret 2010

Membangun Diri

Imunsasi mental bangkitkan optimisme


Sikap optimisme melepaskan Anda dari belenggu situasi buruk di dalam maupun di luar diri. Sikap itu akan muncul bila Anda mampu meredam pesimisme dengan berbagai bentuk “imunisasi” mental.

Salah satu dampak mengkhawatirkan dari krisis berbagai aspek kehidupan belakangan ini ialah timbulnya “penyakit” pesimistis dengan gejala lesu, lemah, dan putus asa. Selanjutnya sikap itu bisa menyebabkan gangguan mental cukup serius. Kalau tidak segera ditanggulangi, bisa menurunkan daya saing dalam menghadapi situasi sulit.

Daripada meratapi nasib, mengapa tidak mencoba bangkit untuk mengubahnya? Caranya, telusuri apa yang bisa dikerjakan dalam jangka pendek. Misalnya, mencari jalan agar bisa bertahan hidup. Dengan demikian rasa optimistis bisa muncul, meski tidak selalu besar. Jadi jawabannya, kerjakan sesuatu daripada tidak melakukan apa-apa! Kalau berhasil, minimal kita telah memperoleh angka 1. Kalau gagal, tidak ada ruginya, nothing to loose.

Seorang pemenang adalah mereka yang bisa tersenyum saat menghadapi kemalangan atau masalah. Anggap saja kemalangan itu batu ujian. Jangan menyerah bila dalam diri kita muncul rasa takut, frustasi, atau bahkan mulai depresi. Bila dibiarkan, “musuh-musuh” itu akan masuk ke dalam “kamar mental” kita, dan bisa meracuni kita secara spiritual, mental, dan fisik. Psikolog Orison Marden berujar, “Jauh di dalam diri setiap manusia terdapat kekuatan-kekuatan yang masih tertidur nyenyak. Kekuatan yang tidak pernah terbayangkan mereka miliki. Apabila kekuatan itu berhasil dibangkitkan dan diaktifkan, kehidupan dengan cepat bisa diubah.”

Solusi yang dilakukan beberapa pakar di AS seperti Anthony Robins, Stephen R. Covey, Zig Ziglar, dll serta beberapa pakar di negara maju lain yaitu berusaha membangkitkan kembali gairah hidup. Yang bisa membangkitkan gairah hidup tak lain adalah diri kita sendiri. Pada saat inilah dibutuhkan “imunisasi” mental untuk membangkitkan optimisme!

Program “imunisasi” mental ini bertujuan melindungi diri dari serangan pesimisme. Prinsip dasarnya, apabila menjalani imunisasi, seseorang pasti diberi vaksin, entah berbentuk suntikan atau obat tetes di mulut. “Vaksin” pencegah rasa pesimistis diharapkan berhasil merangsang diri; terutama mental kita untuk kemudian menghasilkan zat kekebalan atau antibodi berupa rasa optimistis yang bisa menumpas pesimisme.

Pertama-tama disarankan untuk mengubah pola pikir. Jangan mundur dari kegagalan pertama dan jangan terus meratapi nasib. Lebih baik bangkit untuk segera mengubahnya. Pandanglah situasi galau dengan kaca mata baru. Mudah-mudahan celah menuju jalan keluar dari kesulitan yang menekan bisa ditemukan.

Seseorang yang berhasil mengatasi suatu kemalangan berarti tak mundur saat menghadapinya. Kemalangan hidup hendaknya tidak cepat dianggap kegagalan. Hendaknya siap menghadapi setiap negativisme dan berusaha menerima cahaya pemikiran positif. Ingat, kegagalan bukanlah suatu aib, apalagi kalau Anda sudah berusaha sekeras mungkin untuk mengatasinya.

Ada banyak cara “imunisasi” mental untuk membangkitkan rasa optimistis. Bisa mencari bantuan pada seorang profesional, yang tentu membutuhkan biaya. Atau, berusaha memotivasi diri sendiri.

Berikut ini beberapa jenis “vaksin” yang bisa dipilih. Biasanya setiap “vaksin” akan berfungsi lebih optimal bila disesuaikan dengan peta mental diri kita sendiri. Demikian pula “dosis”-nya. Ada yang cukup melakukan beberapa kali saja, ada pula yang perlu mengulang berkali-kali. “Imunisasi” berikut ini mempunyai tujuan sama, yajni mengubah pola pikir agar melihat masa depan secara optimistis sehingga kita dapat menghadapi tantangan hidup secara realistis.

“Imunisasi” cara Auditori
Cara ini lebih cocok bagi Anda yang bertipe pendengar:

  1. Mencari cerita atau kisah nyata, kata-kata, kalimat-kalimat dari orang-orang yang terkenal gigih dalam mengarungi badai kehidupan. Cari tokoh favorit Anda. Misalnya saja Bung Karno. Cari buku-buku atau artikel yang memuat biografi orang terkenal ini. Teladan apa yang bisa disimak darinya. bagaimana kegigihannya untuk mencapai kemerdekaan. Bagaimana pula cara ia memotivasi diri dan orang lain. Buatlah cerita singkat dan bacalah setiap kali Anda sempat.
  2. Bisa juga menulis sebuah cerita pendek yang menstimulasi diri. Rekam suara Anda sambil membaca cerita, kisah nyata, biografi tokoh itu di kaset. Dengarkan berulang-ulang kapan saja sempat sampai hafal. Sebagai latar belakang kaset bisa diberi ilustrasi musik klasik atau musik tenang lain.
  3. Carilah tempat sepi, entah di pantai atau pegunungan. Atau, bisa juga di dalam kamar atau kamar mandi. Tunggu saat-saat rumah sepi atau sambil menyetel radio agak keras, Anda berteriak dan menumpahkan segala unek-unek di situ. Kalau perlu menangis, menangislah sepuas-puasnya sambil menyebutkan segala kekurangan pada diri Anda serta semua kebodohan yang pernah dilakukan. Tertawakan diri Anda dan berjanjilah pada diri sendiri, tidak akan mengeluh, menyalahkan diri ataupun menunggu pertolongan orang lain. Anda sendirilah yang dapat menolong diri Anda.
  4. Berdialoglah dengan diri Anda. Buatlah skenario dengan pemain Anda sendiri. Tanyakan pada diri sendiri mengapa sampai bisa melakukan segala kebodohan itu. apa saja kekurangan Anda dan apa pula yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya.
  5. Berdialog dan berdiskusi dengan orang lain. Ini membutuhkan keberanian untuk membuka diri dan menceritakan kekurangan Anda kepada orang lain. Carilah orang di sekitar Anda yang bisa dipercaya, mau berbagi, dan bisa memotivasi Anda. mintalah saran, bagaimana cara mereka mengatasi kebodohan mereka. Hindari orang yang juga bersikap pesimistis, karena justru akan menularkan “penyakit” itu.

“Imunisasi” cara Visual
Lebih cocok bagi Anda yang bertipe melihat:

  1. Buatlah gambar di kertas (tidak perlu bagus), tentang apa saja yang ingin Anda lakukan dalam hidup ini (yang selama ini Anda rasa tidak mungkin). Misalnya ingin punya rumah, punya mobil. Gambarkan secara spesifik, warna, merek, bentuk, sejelas-jelasnya. Bawalah kemana Anda pergi dengan cara menyelipkannya di dalam buku atau dompet. Atau menempelkannya pada dinding kamar atau meja kerja. Lama kelamaan gambar itu akan tertanam dalam diri Anda dan secara tidak sadar akan memotivasi Anda untuk mendapatkannya.
  2. Belajar membuat bayangan “sukses” dalam diri Anda. Prinsipnya, mengapa Anda harus putus asa saat menghadapi kemalangan. Anda tahu bahwa Anda bisa mencapai suatu keberuntungan. Tengok saja ketika kapten kapal atau pilot pesawat terbang menghadapi badai selama perjalanan. Saat-saat demikian, mereka merasa perlu mengerahkan segala ketrampilan terbaik mereka untuk menghindari badai. Para kapten kapal dan pilot pesawat bukan ahli penakluk cuaca, tapi mereka menjadi terampil akibat sering menghadapi badai. Segala konsekuensinya harus dipikul sendiri. Keputusasaan tidak ada dalam benak mereka. Mereka melakukan antisipasi dengan sikap positif. Harapannya, keberuntungan bisa dicapai.
  3. Ingatlah segala kebodohan yang pernah Anda lakukan. Lalu, tulis di kertas. Berikutnya sobek-sobek atau bakar kertas itu. Berjanjilah dalam hati untuk tidak mengulanginya. Mulailah menjalani hidup baru dengan sikap positif. Jadikanlah pengalaman hidup tadi sebagai bagian dan pedoman bagi diri Anda.
  4. Coba lihat dan tatap bayangan Anda dalam cermin. Apakah Anda menyukainya? Bila tidak, kemungkinan orang lain juga tidak menyukainya. Cobalah untuk tersenyum. Tersenyumlah pada kemalangan yang Anda alami. Segala sesuatu yang berharga tentu tidak akan datang dengan mudah. Jangan putus asa karena sekali gagal. Usahakan untuk mencintai diri sendiri, sebelum bisa menolong diri sendiri.

“Imunisasi” cara Kinestetik

  1. Pada tangan yang tidak pernah digerakkan, ototnya tidak akan pernah tumbuh kuat. Pikiran dan tubuh kita memang memerlukan stres terukur agar bisa tumbuh kuat. Lakukan suatu latihan fisik yang tidak pernah Anda lakukan sebelumnya. Misalnya, panjat tebing. Rasakan setiap sensasi yang dihasilkan. Apakah tangan Andapegal, terluka, serta kaki Anda tidak bisa digerakkan atau gemetaran? Jangan menyerah untuk sampai ke tujuan!
  2. Ikuti kegiatan baru atau kursus ketrampilan, misalnya latihan teater, menari, dansa, kursus memasak, menggambar, musik, membuat keramik, dll. Dengan kegiatan ini Anda akan bertemu dengan orang baru yang mungkin memiliki pemikiran yang bisa ikut memotiasi Anda. Di sana Anda akan belajar sesuatu, beralih dari yang tidak bisa menjadi bisa. ditambah lagi belajar untuk bersaing serta melihat bagaimana orang mengikuti kursus atau latihan dengan niat atau tujuan berbeda. Ada yang sekadar hobi, mengisi waktu luang, atau untuk usaha. Kegiatan demikian bukan berdasarkan siapa yang paling pintar atau cerdas, tetapi siapa yang punya ketekunan dan kegigihan untuk meraih tujuan.
  3. Ingat, gambar dan lakukan, serta tanamkan kata-kata berikut ini dalam diri Anda sambil mengerjakan tugas sehari-hari. Kata-kata berikut ini dalam diri Anda sambil mengerjakan tugas sehari-hari. Kata-kata itu adalah “sukses”, “bisa”, “akan”, “coba”, “pasti”, atau Anda bisa mencari sendiri kata-kata yang cocok bagi Anda.
  4. Ikutilah seminar atau program outbond training bila suka. Perhatikan siapa pembicara atau pelatihnya. Apa saja materinya dan apa yang bisa mereka berikan kepada Anda. Namun jangan hanya terpukau pada iklan serta biaya besar yang belum tentu bisa memberikan “imunisasi” yang baik. Bisa juga mencari bantuan konseling individu dengan seorang profesional.

Akhirnya rasakan apakah “Imunisasi” itu terasa sulit dilaksanakan. Yang jelas, pada awalnya pasti ada yang mudah, ada pula yang sulit. Namun jangan segan-segan untuk terus mencoba dan kemudian melihat hasil yang dicapai. Yang penting, Anda tidak malu melakukan berbagai latihan itu dan ada kemauan untuk berubah. Bila dilakukan dengan sungguh-sungguh niscaya akan membuahkan hasil yang menggembirakan! (Intisari)

Sehat Mental

Tidak ada satupun yang dapat menghalangi seseorang yang mempunyai pikiran dan kepribadian yang benar untuk mencapai tujuannya, dan tidak ada satupun di dunia ini yang dapat membantu seseorang yang mempunyai kepribadian dan pikiran yang salah.

“Mind over matter” lebih dari sekedar kiasan saja. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa pikiran yang sehat dapat mempengaruhi pengobatan dan penyembuhan seseorang. Kita semua memerlukan pikiran yang sehat untuk mendapatkan hidup yang berkualitas.

Seseorang yang sehat mentalnya dapat menghadapi perubahan-perubahan dalam hidup yang positif, mencari stimulasi intelektual dan interaksi antar manusia, serta secara kreatif menggunakan waktunya untuk bekerja serta melakukan aktivitas sukarela.

Sehatkah Pikiran Anda?
Mempertahankan pikiran yang sehat memerlukan perilaku yang positif. Bagaimana dengan diri anda? Temukanlah jawabannya dalam pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apakah anda melakukan perawatan diri yang baik bagi tubuh maupun pikiran anda?
2. Merawat pikiran anda sama pentingnya dengan merawat tubuh. Seperti kata pepatah, “Di dalam pikiran yang sehat terdapat tubuh yang sehat”.
3. Apakah anda cukup beristirahat, makan yang benar, berolahraga, dan berkonsultasi ke dokter secara teratur?
4. Menjalani gaya hidup yang sehat dapat membantu anda menghadapi tantangan-tantangan hidup. Berbicaralah kepada dokter anda mengenai kecemasan-kecemasan yang anda rasakan. Bila perlu, dokter akan merujuk anda ke ahli jiwa professional.
5. Apakah anda tetap mengaktifkan pikiran anda dengan mempelajari hal-hal yang baru, membaca, dan berinteraksi dengan orang lain secara teratur?
6. Bila anda tidak mengaktifkan pikiran anda, bersiaplah untuk kehilangan pikiran yang sehat.
7. Apakah anda tahu saat anda memerlukan bantuan?
8. Salah satu tanda bagi seseorang yang bermental sehat adalah kesediaannya untuk mencari pertolongan bila hidup terasa sulit atau amat membebani.
9. Apakah anda tahu cara mengatasi stress dalam kehidupan dengan teknik relaksasi atau interaksi dengan teman-teman atau anggota-anggota keluarga yang dapat mendukung?
10. Dukungan social dan kasih serta perhatian orang lain amat penting. Cinta adalah kekuatan yang dapat menumbuhkan semangat.
11. Apakah anda menghabiskan waktu sendiri untuk merefleksi diri, bermeditasi atau sekedar mendapatkan ketenangan?
12. Tindakan-tindakan ini dapat memberi kekuatan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul.
13. Apakah anda turut berpartisipasi secara teratur dalam aktifitas yang bersifat menyenangkan, santai serta kreatif?
14. Bermain, tertawa, dan berpartisipasi dalam aktivitas yang kreatif dapat meningkatkan gairah kita dalam menikmati hidup ini. Mengerti bagaimana cara untuk mempertahankan perilaku yang menyenangkan.
15. Apakah anda mengenali serta merayakan keberhasilan anda?
16. Amat penting untuk mengetahui serta memperkokoh keberhasilan kita.

Nah sudah sehatkah mental anda? mari kita renungkan sejenak agar aktivitas kita semakin bermakna.

www.f-buzz.com

Penyakit Mental

Selain penyakit fisik ternyata manusia juga penyakit yang lain dari segi mental manusia itu sendiri. Dan ternyata ada banyak penyakit mental yang dimiliki manusia. Berikut adalah penyakit-penyakit mental manusia, diantaranya :

1. MENYALAHKAN ORANG LAIN
Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan. Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang Dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet ? Selalu “siapa” Bukan “apa” penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu “apa” sebabnya, bukan “siapa”. Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai dasi dan jas.

Kekanak-kanakan. Kenapa ? Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan. Kalau ada piring yang jatuh,” Adik tuh yang salah”, atau ” mbak tuh yang salah”. Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu. Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa selalu akan mencari sebab terjadinya sesuatu.

2. MENYALAHKAN DIRI SENDIRI
Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. Ini berbeda dengan MENGAKUI KESALAHAN. Anda pernah mengalaminya ? Kalau anda bilang tidak pernah, berarti anda bohong. “Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat dsb, Lha saya ini apa ?, wah saya nggak bisa deh. Dia S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk, pasti nggak bisa deh”. Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di dalam mental diri sehingga bisa mencapai “improper guilty feeling”.

Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang “Saya kok yang memang salah, tidak mampu dsb”. Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa in feri or, kita tidak punya kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap Wajar karena mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya.

3. TIDAK PUNYA GOAL / CITA-CITA

Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas. Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Buat target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis. Ilustrasinya kayak gini : Ada anjing jago lari yang sombong. Apa sih yang nggak bisa saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci lompat-lompat, kiclik, kiclik, kiclik. Temannya bilang:

“Nah tuh ada kelinci, kejar aja”. Dia kejar itu kelinci, wesss…., kelinci lari lebih kencang, anjingnya ngotot ngejar dan kelinci lari sipat-kuping (sampai nggak dengar / peduli apa-apa), dan akhirnya nggak terkejar, kelinci masuk pagar. Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain.

“Ah lu, katanya jago lari, sama kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu paling kencang”.

“Lha dia goalnya untuk tetap hidup sih, survive, lha gua goalnya untuk fun aja sih”.

Kalau “GOAL” kita hanya untuk “FUN”, isi waktu aja, ya hasilnya cuma terengah-engah saja.

4. MEMPUNYAI “GOAL”, TAPI NGAWUR MENCAPAINYA
Biasanya dialami oleh orang yang tidak “teachable”. Goalnya salah, focus kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah. Ilustrasinya kayak gini : ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena
pengaruh tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi. Tentu saja ditangkap polisi dan ditanya. Jawabnya : Pokoknya saya mau emas, saya nggak mau lihat kiri-kanan.

5. MENGAMBIL JALAN PINTAS, SHORT CUT
Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang, kalaupun matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan, melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari pakai sarung, terus tiba- tiba jadi juara bulu tangkis. Nggak ada ! Kalau anda disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu jadi 3 juta, masuk akal nggak tuh? Nggak mungkin !. Karena hal itu melawan kodrat.

6. MENGAMBIL JALAN TERLALU PANJANG, TERLALU SANTAI

Analoginya begini : Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boeing 737, untuk dapat take- off, memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50 km/jam, ya Cuma ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha kalau jalannya, runwaynya lurus anda cuma pakai kecepatan 50 km/jam, ya nggak bisa take-off, malah nyungsep iya. Iya kan ?

7. MENGABAIKAN HAL-HAL YANG KECIL
Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak dikerjain. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja nggak boleh, apalagi mengabaikan orang kecil.


Kalau tidak sekarang kapan lagi.... Ayo kita sembuh (hehehe) Ikhtiar & berdo'a yg utama....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar